Senin, 04 Maret 2013

makalah motorik anak usia dini


1.1         Latar Belakang Masalah
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Sementara itu, menurut Chaplin (Yusuf:2009) mengartikan perkembangan sebagai : (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati, (2) Pertumbuhan, (3) Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Seringkali perkembangan motorik anak prasekolah diabaikan atau bahkan dilupakan oleh orang tua. Hal ini dikarenakan belum pahamnya mereka bahwa perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak usia dini, sebagian besar orang tua dan pembimbing lebih mengedepankan perkembangan kognitif saja.  Padahal perkembangan  tidak hanya dalam aspek kognitif melainkan meliputi seluruh aspek yakni perkembangan bahasa, sosial emosional, moral agama serta perkembangan fisik motorik anak. Perkembangan fisik motorik sangat berpengaruh terhadap perkembangan-perkembangan yang lainnya. Seperti yang di kemukakan oleh para ahli perkembangan.
Hurlock (1986:92) menyebutkan bahwa aspek perkembangan  yang cukup signifikan dalam kehidupan anak PAUD adalah perkembangan fisik (Physical Depelopment). Secara umum perkembangan fisik anak usia dini mencakup empat aspek (1) sintem syaraf yang sangat berkaitan erat dengan perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan terkadang anggotanya terdiri dari lawan jenis; (4) struktur fisik atau tubuh meliputi tinggi, berat dan porposi tubuh.
Teori Freud (Hurlock:1980) mengacu pada teori pentahapan perkembangan psikoanalitik dimana perkembangan manusia tercermin dari perkembangan psikoseksual, dan melalui bagian tersebut manusia mencari pemuasan. Perkembangan tiap tahap menekankan pentingnya aktivitas motorik.
Teori Havighurst (Hurlock:1980) yang memahami perkembangan sebagai interaksi antara factor biologis, social, dan budaya. Faktor ini merupakan faktor pendorong bagi perkembangan kemampuan anak untuk berfungsi di masyarakat. Teori ini menekankan pentingnya anak bergerak, bermain, dan beraktivitas fisik bagi perkembangannya, terutama pada masa bayi dan masa kanak-kanak.
Anak TK berada pada masa lima tahun pertama yang disebut The Golden Years merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas. Anak cenderung menunjukan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik anak dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek yaitu ditinjau dari perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran terdapat berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak usia dini lebih diutamakan pada metoda bermain sambil belajar, karena lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Disamping mereka bermain, mereka sekaligus mengasah keterampilan dan kemampuannya. Kegiatan bermain harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak, agar mampu memfasilitasi kebutuhannya dengan sesuai.
Dunia anak adalah dunia bermain, jadi sudah selayaknya pendidik memberikan fasilitas bermain bagi anak. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara spontan, menyenangkan dan kepuasan. Bermain bagi anak merupakan kebutuhan pekerjaan bagi orang dewasa. Kegiatan bermain menjadi pengalaman dan pengetahuan anak. Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakekatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang hidupnya. Melalui bermain anak dapat berlatih, meningkatkan cara berpikir dan mengembangkan kreatifitas. Berbagai potensi perkembangan  dapat diperoleh melalui kegiatan bermain dan permainan.
Permainan tradisional kini mulai terkikis keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di kota-kota besar dan mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal permainan tradisional yang ada padahal permainan tersebut adalah warisan dari nenek moyang rakyat Indonesia. Semakin tidak populernya permainan tradisional tersebut dikarenakan telah banyak muncul permainan yang lebih atraktif dan menyenangkan hati anak-anak. Sebagai contoh dibanjirinya indonesia dengan plastation (PS) dan permainanan elektronik maupun nonelektronik yang menyenangkan dan menghibur namun bersifat pasif dan kurang bermanfaat bagi potensi perkembangan anak. Maka tugas kita sebagai pendidik untuk menggali kembali permainan-permainan tradisional yang dapat mengembangkan seluruh potensi perkembangan anak.
Dalam makalah ini, kami akan menguraikan salah satu permainan tradisional yang dapat mengembangkan kemampuan aspek perkembangan fisik motorik kasar anak TK yaitu permainan “Galah asin” (Gobak Sodor / Hadang).

1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Motorik Kasar ?
2.      Bagaimana karakteristik perkembangan motorik anak TK?
3.      Bagaimana penerapan permainan tradisional “Galah Asin” pada anak TK?
1.3         Prosedur Pemecahan Masalah
Masalah yang telah dikemukakan di atas akan diselesaikan dengan menggunakan pendekatan teori, secara teori akan menggunakan kajian-kajian pustaka yang relefan, hasil-hasil penelitian, makalah, jurnal seminar, artikel, Modul dan beberapa buku penunjang.

1.4         Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan makalah ini terdiri atas tiga bab. Bab I berisi pendahuluan (latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah dan sistematika pembahasan). Bab II berisi Pembahasan (pengertian motorik, karakteristik perkembangan motorik, masalah-masalah perkembangan motorik, metode, manfaat dan tujuan pembelajaran dan peranan guru) dan Bab III berisi Simpulan.




















Bab II
Pembahasan

2.1     Pengertian Motorik Kasar  
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.menurut Syamsyudin, Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, nonlokomotor........ (Widarmi:2008).
 Gerak Motorik Kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (age appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah waktunya untuk dilakukan. (wijaya; 2008) misalnya, seorang anak usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah kursi. Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak .
Sejalan dengan kemampuan fisik yang terjadi, lebih lanjut menurut Rini Handayani, anak usia 4-6 tahun yang melalui masa preschool memiliki banyak keuntungan dalam hal fisik motorik bila dilakukan lewat permainan-permainan. Tinning (ulfiani:2003) menyatakan : “With any education innovation there is a good deal of modification of the original ideas as it is implemented at the individual school and classroom level. The original notion of daily physical education as outlined by the south Australian materials has been modified in many ways”. Maksudnya dengan pesatnya inovasi pendidikan dewasa ini, sangat memungkinkan kalangan praktisi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani untuk melakukan modifikasi. Modifikasi tersebut timbul berdasarkan tuntutan pengembangan untuk memecahkan beberapa masalah yang dijumpai di lapangan seperti kejenuhan anak, kurang tereksploitasinya kemampuan gerak anak, dan karakteristik anak usia dini yang berbeda dengan anak dewasa. Modifikasi tersebut dapat berupa perubahan luas lapangan, alat yang digunakan, peraturan yang digunakan, dan lain-lain.
Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :
1. Peran kemampuan motorik untuk perkembangan fisiologis anak
2. Peran kemampuan motorik untuk perkembangan sosial dan emosional anak
3. Peran kemampuan motorik untuk kognitif anak
Secara langsung pertumbuhan anak akan menentukan keterampilannya dalam bergerak, sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan kemampuan fisik atau motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Seefel (widarmi 2008) menggolongkan tiga keterampilan motorik anak yaitu:
1. Gerak lokomotor ( gerakan berpindah tempat ) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan,lari,dan loncat.
·         Berbaring
Beberapa variasi gerakannya, sebagai berikut :
a. Berbaring terlentang
b. Berbaring telungkup
c. Berbaring miring ke kanan
d. Berbaring miring ke kiri
·         Berjalan
Jalan adalah suatu gerakan melangkah ke segala arah yang dilakukan oleh siapa saja dan tidak mengenal usia. Namun demikian, gerakan yang tidak diperhatikan pada masa usia sekolah dasar dikhawatirkan akan mengakibatkan kelainan dalam berjalan di kemudian hari. Untuk itu gerak berjalan maupun bentuk-bentuk latihan dalam berjalan harus disosialisasikan dengan cara bermain, baik itu dalam kelompok kecil maupun besar.
·         Berlari
Berlari bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai dasar untuk memberikan olah tubuh kepada siswa secara teratur. Guru bisa memanfaatkan faktor-faktor gerakan, seperti tempat, waktu, dan kekuatan untuk menciptakan berbagai variasi berlari. Variasi dapat juga diciptakan dengan menggunakan fungsi-fungsi tubuh dan anggota bagian tubuh. Berlari tidak banyak berbeda dengan berjalan, hanya saja akan lebih cepat sampai tujuan dan gerakannya suatu saat melayang di udara atau agak melompat.
·         Melompat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik. Contoh pengembangan gerak lompat, misalnya lompat jauh.
·           Meloncat
Loncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang dari cepat atau lambat dengan menumpu dua kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik.
·           Melempar
Melempar adalah gerakan mengarahkan satu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan tangan ke arah tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan tangan dan lengan serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan, misalnya lengan dengan jari yang harus melepaskan benda yang dipegang pada saat yang tepat.

2. Gerak non-lokomotor ( gerakan tidak berpidah tempat ) dimana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat.
·         Gerakan stabilisasi ( nonlokomotor ) termasuk didalamnya, seperti :
a. Dodging (mengelak/menghindar)
b. Stretching dan Bending (merenggangkan & membungkuk)
c. Twisting dan Turning (membelok & menyusun)
d. Swinging dan Swaying (mengikuti arus & mengayun)
e. Pushing dan Pulling (mendorong & menarik)

3. Manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan ,misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan geraka lain yang berkaitan dengan lemparkan dan tangkapan sesuatu.
Beberapa gerakan yang termasuk di dalam gerakan manipulatif adalah menggelindingkan bola atau sejenisnya, melempar dan menangkap, menahan atau trapping, memantul atau men-dribbling, memukul.
1. Menggelindingkan Bola atau rolling, meliputi pengarahan gaya atau tenaga terhadap suatu objek yang mempertahankan kontaknya dengan permukaan tempat benda tersebut bergerak.
2. Melempar merupakan keterampilan manipulatif yang rumit yang menggunakan satu atau dua tangan untuk melontarkan objek menjauhi badan ke udara. Selain tergantung dari beberapa faktor (ukuran anak, ukuran objek, dan lain sebagainya), lemparan dapat di lakukan di bawah tangan, di atas kepala, di atas lengan atau di samping.
3. Menangkap merupakan gerakan dasar manipulasi yang melibatkan penghentian suatu objek yang terkontrol oleh satu atau kedua tangan. Pada tahap awal biasanya objek akan dihentikan dengan satu bagian atau beberapa bagian anggota tubuh. Penguasaan koordinasi mata tangan akan memudahkan bagi mereka untuk menangkap objek yang melayang ke hadapannya.
4. Pushing dan Pulling, Pushing atau mendorong adalah usaha pengerahan gaya atau kekuatan dalam melawan suatu objek atau orang, apakah mendorong untuk menyingkirkan objek dari badan atau mendorong badan menjauhi objek.
Pulling di lain pihak diartikan sebagai tarikan, ini merupakan pengerahan tenaga yang mengakibatkan objek atau orang bergerak mendekati badan.

2.2         Karakteristik Perkembangan Motorik Anak TK
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara anak bayi dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Dengan bertambahnya usia, perbandingan antar bagian tubuh, akan berubah. Dengan bertambahnya usia, letak grativitas makin berada dibawah tubuh; dengan demikian bagi anak yang makin berkembang usianya, keseimbangan tersebut ada di tungkai bagian bawah (dalam Patmonodewo:2003). Melalui pengamatan perkembangan jasmani, pertumbuhan bersifat cephalo-caudal (mulai dari kepala menuju bagian tulang ekor) dan proximo-distal (mulai dari bagian tengah ke arah tepi tubuh). Gerakan otot kasar lebih dahulu berkembang sebelum gerakan otot halus. Pengendalian otot kepala dan lengan lebih dahulu berkembang dari pengendalian otot kaki. Kecepatan perkembangan jasmani dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan lingkungan fisik lain misal tersedianya alat permainan serta kesempatan yang diberikan kepada anak untuk melatih berbagai gerakan.
Menurut Gassel & Ames dan Illing Sworth (mosvirohtadkirotun) pola umum perkembangan motorik terdiri dari 8 tahap yaitu :
1.      Continuity (Bersifat Kontinyu/terus menerus)
2.      Uniform Sequence (Memiliki tahapan yang sama)
3.      Maturity (Kematangan)
4.      Umum ke Khusus
5.      Refleks ke gerak terkoordinasi dan bertujuan
6.      Bersifat Chepalocaudal Direction
7.      Bersifat Proximodistal
8.      Koordinasi Bilateral menuju Crosslateral
Pada usia enam tahun berat badan anak harus kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5 pon dan anak laki-laki 49 pon. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat. Tingkat pengerasan otot bervariasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah. Pertumbuhan otaknya pada usia lima tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90%  pada usia 6 tahun.
            Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan atau keterampilan motorik. Kemampuan motorik tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut (yusuf :2009 dan Desmita :2008).
USIA
(Tahun)
KEMAMPUAN
 MOTORIK KASAR
KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS
4 - 6









1.      Meloncat
2.       Mengendarai sepeda anak
3.       Menangkap bola
4.       Bermain olah raga
5.       Menuruni tangga dengan cepat
6.       Seimbang saat berjalan mundur
7.       Melompati  rintangan
8.       Melempar  dan menangkap bola
9.       Melambungkan  bola
1.      Menggunakan pensil
2.       Menggambar
3.       Memotong dengan gunting
4.       Menulis huruf cetak
5.       Menggunting dengan cukup baik
6.       Melipat amplop
7.       Membawa  gelas tanpa menumpah-kan isinya
8.       Memasikkan benang ke lubang besar

Sedangkan perkembangan motorik masa anak-anak awal menurut Roberton & Halverson (Andri:2010) yaitu:
A)    Usia 4,5 - 5,5 tahun
Motorik kasar:     menyeimbangkan badan diatas satu kaki; berlari jauh tanpa jatuh; dapat berenang dalam air yang dangkal
Motorik halus:     menggunting; menggambar orang; menirukan angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.
Unsur-unsur kesegaran Jasmani yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, keseimbangan.

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk memahami bagaimana perkembangan anak, juga perlu dipahami permasalahan-permasalahan yang dialami selama perkembangannya. Hal ini perlu dilakukan  agar kita benar-benar dapat mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada diri anak. Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukan anak maupun keluhan-keluhan yang disampaikan oleh orang-orang sekitar anak.
Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati, (Agustin & Wahyudin;2010) dalam perkembangannya, mungkin ditemukan beberapa hambatan pada anak diantaranya :
a.       Gangguan Fungsi panca indra
Gangguan panca indra yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan panca indra penglihatan dan pendengaran. Kekurangan daya penglihatan dan pendengaran dapat diketahui jika derajat penyimpangannya sudah cukup besar dari yang normal. Sebaliknya bila taraf kekurangannya masih ringan, cukup sulit untuk menditeksi kesulitan yang dihadapi anak.
b.      Cacat Tubuh
Cacat tubuh umumnya terdapat pada tangan, kaki atau wajah. Bila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan atau kaki, maka perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya. Anak perlu melatih kemampuan melempar dan menangkap bola, membentuk dan menggunting. Demikian juga cacat pada wajah akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri pada anak.
c.       Kegemukan
Kegemukan selalu dianggap bahaya pada tingkat usia manapun. Kegemukan akan membahayakan kesehatan. Kegemukan seringkali kita temukan pada anak usia dini, dan orang tua kadangkala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Kegemukan yang dialami anak sejak dini perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya. Kegemukan dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan sebagainya.
d.      Gangguan gerak peniruan (stereotipik)
Gejala yang nampak dari gangguan stereotipik adalah gerakan motorik kasar (gross motor movement) yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik dan seringkali berkepanjangan. Contoh gerakannya: membenturkan kepala, menggoyang-goyangkan badan, gerakan tangan yang berulang, cepat dan berirama atau gerakan disengaja yang berulang yang secara khas meliputi tangan dan jari.

2.3         Penerapan Permainan Tradisional “Galah Asin” Pada Anak TK
Penanaman motorik atau gerak yang benar dan pengembangan yang optimal merupakan salah satu tugas dan fungsi utama pendidikan pada taman kanak-kanak. Sebab pendidikan pada tingkat taman kanak-kanak merupakan diagnosa secara dini dan berkala terhadap kemampuan gerak dasar yang optimal pada usianya.
Implikasi perkembangan fisik di PAUD perlu dirancang lingkungan pendidikan yang kondusif bagi perkembangan fisik anak secara optimal. Bagi mereka perlu disediakan halaman yang cukup luas dan perlengkapan permainan, yang memberikan peluang kepada mereka untuk dapat bergerak, dan bermain secara leluasa.
Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru seyogianya memberikan bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan juga memiliki sikap yang positif terhadap dirinya. Menurut Aundrey Curtis, Bimbingan guru berkaitan dengan perkembangan aspek-aspek berikut(Yusuf 2009):
a)      Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
b)      Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
c)      Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.
d)     Menerima bahwa setiap orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau melompat, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat terbang.
e)      Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh/meraba).
f)       Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah
Dalam kegiatan pembelajaran guru turut berperan sebagai fasilitator dalam upaya meningkatkan gerak motorik. Guru hendaknya menyediakan alat-alat mainan yang aman bagi anak serta melakukan pengawasan yang baik disaat anak asyik terlibat dalam kegiatan bermain. Peningkatan gerak motorik berarti anak dapat bergerak lebih baik sesuai dengan keterampilan geraknya dan anak dapat bergerak bebas berkaitan erat dengan kognitif anak.
Solehuddin (Nawang Sasi:2011) mengungkapkan “rasa aman secara psikologis merupakan suatu persyaratan untuk dapat membuat anak mau dan mampu mengekspresikan dirinya secara optimal”. Melalui kegiatan permainan tradisional, anak akan dapat terlibat langsung dalam pengalaman belajar yang bermakna melalui aktivitas fisik, bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana.
Menurut Elia (Hastuti:2009) melalui permainan dapat melatih keterampilan dan kecerdasan anak, turut memperkenalkan aturan-aturan sosial kepada anak, melatih disiplin diri pada anak, serta membuka minat dan peluang bagi anak untuk memasuki dunia dewasa.
Permainan merupakan salah satu bentuk bermain karenya merupakan suatu bentuk kesenangan dan sumber kesenangan bagi pesertanya. Permainan menuntut perilaku yang lebih terarah pada tujuan dan membawa suatu rasa keseriusan yang lebih besar dibandingkan engan bermain. Kebanyakan permainan memiliki aturan-aturan yang menentukan peran-peran pemain, menentukan batasan-batasan dan pengharapan akan perilaku dan menggambarkan bagaimana permainan itu berjalan.permainan biasanya melibatkan persaingan bagi para pesertanya, yang berkompetisi seringkali melawan antara satu sama lain untuk mencapai kemenangan.
 Santrock (Andri:2012) menjelaskan bahwa permainan ialah suatu kegiatan yang menyenangkan, dilakukan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Permainan merupakan suatu aktivitas bermain yang didalamnya telah memiliki aturan yang jelas dan disepakati bersama.
Gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Selain kondisi badan juga semakin sehat karena anak banyak bergerak, ia juga menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Anak menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan kemampuan fisiknya. Anak-anak yang baik perkembangan motoriknya, biasanya juga mempunyai keterampilan sosial positif. Mereka akan senang bermain bersama teman-temannya karena dapat mengimbangi gerak teman-teman sebayanya, seperti melompat-lompat dan berlari-larian.
Meningkatnya kemampuan fisik anak saat mereka di usia TK membuat aktivitas fisik/motorik mereka juga semakin banyak. Tak heran jika anak-anak TK gemar sekali bermain tanpa lelah. Maxim (Afin, FH:1999) menyatakan bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda, menangkapnya, mencobanya, melemparkannya, atau menjatuh-kannya, mengambil, mengocok-ngocok, dan meletakan kembali benda-benda ke dalam tempatnya.
Dari segi fisiologis, pentingnya anak bergerak atau berolahraga akan menjaga anak agar tidak mendapat masalah dengan jantungnya karena sering dan rutinnya anak bergerak. Selain itu juga menstimulasi semua proses fisiologis anak, seperti peningkatan sirkulasi darah dan pernapasannya.
Seorang anak yang mempunyai kemampuan motorik yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerima anak yang memiliki kemampuan motorik dan gerak lebih baik, sedangkan anak yang tidak memiliki atau kurang kemampuan motorik atau gerak tertentu akan kurang diterima teman-temannya. Penelitian otak juga menjelaskan bahwa anak-anak yang beraktivitas akan memperkuat jalinan sel-sel syarafnya (Widarmi, 2008).
Tujuan:
1.        Melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan kesiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian
2.        Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media bahan menjadi suatu karya seni
Permainan tradisional adalah suatu aktivitas permainan yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakatnya dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Permainan tradisional Jawa Barat sering disebut dengan “Kaulinan Barudak” secara umum memiliki kecenderungan untuk menikmati  tingkah laku yang mengembirakan.
Menurut Atmadibrata (Satriawati: 2012), masyarakat di Jawa Barat disinyalir semenjak zaman klasik memiliki kecenderungan untuk memiliki keterampilan prestasi yang bersifat “entertaimment” dalam wujud permainan rakyat yang dapat dijumpai dimana-mana. Permainan di Jawa Barat bersifat edukatif, mengandung unsur pendidikan jasmani, kecermatan kelincahan, daya pikir, apresiasi, artistic (seni), kesegaran Psikologis.
Permainan tradisional berpungsi untuk mempertahankan nilai-nilai dengan cara memasukan makna dalam berbagai sifat,bentuk, dan jenis permainan. Terobosan-terobosan yang dapat dilakukan melalui pertama memasukan dalam kurikulum PAUD sebagai pembentuk jiwa anak. Anak cenderung lebih mudah memahami sesuatu yang diajarkan melalui media permainan, daripada hanya mendengarkan guru berceramah.
Karakteristik permainan tradisional yaitu cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya. Salah satu syaratnya ialah daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi.
Permainan tradisional Galah Asin (Gobak Sodor/Hadang) adalah suatu permainan yang bersifat strategis, dimana suatu kelompok orang berusaha menghambat atau menghalangi kelompok yang lain ketika melintas daerah permainan. Sumaryati mengutif penjelasan Kusmaedi (2009 : 93) mengenai pengertian permainan hadang yaitu:
Permainan hadang dimana artinya, hadang adalah menghalang-halangi/ menghadang lajunya gerak lawan dengan gerak yang bebas. Bisa sesuka hati menggerakan badannya, boleh berputar sambil tiduran, boleh jongkok sambil mengngkap lawan, sambil berlari kesana kemari dengan tangan direntangkan, bahkan kaki boleh menyenggol tetapi hanya terbatas pada satu garis lurus, yaitu garis yang ada di tengah-tengah arena.

Mengenai permainan Galasin/Hadang, Diroktorat keolahragaan, Diklusepora (Sumaryati) menjelaskan bahwa:
Permainan hadang merupakan prioritas pertama untuk dilestarikan dan dikembangkan. Hal ini telah ditinjau dari berbagai aspek edukatif, rekreatif, kesegaran jasmani, dan prinsip 5 m (mudah, murah, meriah, masal, dan menarik)  sehingga permainan ini diikuti/dilaksanakan oleh masyarakat banyak.

Sedangkan Sopandi (1998 : 53) dalam Sumaryati mengemukakan mengenai permainan hadang sebagai berikut:
Permainan hadang betul-betul memerlukan kelincahan disamping harus pandai menggunakan gerak tipu untuk mengecoh si penjaga. Penjaga dengan segala daya dan upaya pula berusaha menghadang lawannya supaya dapat menepuk atau menyentuhnya, atau penyerang terpaksa keluar dari garis batas, itu berarti kemenangan bagi Penjaga.

Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa permainan hadang diperlukan kelincahan dalam menghadang lawan atau mengecoh penjaga, diperlukan banyak bergerak. Hal ini akan membantu mengembangkan koordinasi serta kelentukan dan daya tahan yang sangat tinggi. Ketika seorang anak bermain, galasin, maka akan terjadi koordinasi gerak otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik.
Permainan galah asin merupakan permainan yang dimainkan oleh dua kelompok, dimans masing-masing kelompok terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.
Permainan galah asin, meskipun lebih seru dimainkan di luar ruangan dengan area yang luas, tapi jika situasi tidak memungkinkan, bisa saja dimainkan didalam ruangan. Permainan ini dilakukan secara berkelompok sehingga mengajarkan kebersamaan.
Dalam permainan Galah Asin, penyerang berusaha untuk melewati garis depan dengan menghindari tangkapan atau sentuhan, sedangkan pihak penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang dengan posisi kedua kaki berpijak diatas garis atau satu kaki diatas garis dan kaki yang satu melayang. Pemain-pemain dalam permainan Galah Asin dituntut untuk bergerak kesegala arah dengan lincah. Jika permainan ini dilakukan secara rutin dan terprogram, dimungkinkanakan meningkatkan keterampilan motorik kasar anak terutama berlari, menghindar, kelentukan, ketangkasan dan kekuatan. Selain melatih gerakan motorik, anak juga dilatih bersikap cekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang dengan cepat untuk mengambil kebutusan terbaik agar bisa menangkap lawan.
Penerapan permainan galah asin di TK
Sebelumnya guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi “berpegangan tangan membuat lingkaran”, kemudian melakukan pemanasan dengan bernyanyi ping-pinguin. Setelah itu barulah anak diajak untuk melakukan permainan galah asin.
a.       Sebelum permainan dimulai diadakan undian untuk menentukan pihak penjaga dan pihak penyerang, yang menang undian menjadi penyerang dan yang kalah menjadi pihak penjaga. Guru menjelaskan cara bermain pada anak dengan mempraktekkan langsung.
b.      Setiap pemain dari pihak penjaga harus menempati garinya masing-masing yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan kedua kakinya harus berada di atas garis. Sedangkan bagi penyerang harus bersiap-siapuntuk memasuki ruangan atau petak-petak
c.       Permainan dimulai setalah ada aba-aba atau bunyi peluit
d.      Setiap anak dari regu penyerang harus berusaha untuk melewati garis yang dijaga oleh regu penjaga, yaitu dengan jalan menghindari tangkapan dan sentuhan dari pihak penjaga, sedangkan setiap pemain dari pihak penjaga berusaha untuk dapat menangkap dan menyentuh penyerang dari pihak lawan dengan tangan, dengan ketentuan kaki masih berada diatas garis.
e.       Permainan dinyatakan salah/kalah apabila
·         Kedua kaki keluar dari garis lapangan
·         Mengganggu jalannya permainan
f.       Pergantian tempat terjadi:
·           Setelah ada aba-aba atau peluit
·           Apabila salah seorang dari penyerang terkena sentuh oleh penjaga
·           Terjadi kesalahan dari pihak penyerang
·           Apabila dalam waktu 2 menit tidak ada perubahan posisi
DPIC_60482.jpgGambar/ denah untuk permainan Galah Asin

Setelah permainan selesai guru bersama anak anak bermain surser untuk pendinginan. Untuk menggali informasi tentang perasaan anak setelah main dan hal-hal yang telah dipelajari guru melakukan percakapan dan tanya jawab. Anak-anak menceritakan pengalamannya selama main. Diakhir kegiatan guru memberikan reward berupa pujian atau hadiah kalung.
Setelah melakukan permainan Galah Asin secara teratur beberapa penelitian (wulandari, satrialia)
menunjukan bahwa pada diri anak berkembang rasa percaya diri, sportif dalam melaksanakan permainan, memiliki kecepatan proses berpikir, berkembang kemampuan untuk memimpin, pengembangan kecintaan terhadap olah raga, lebih tangkas, kemampuan berlari semakin meningkat dan lincah. Kekuatan dapat diperoleh dari sikap anak yang merentangkan tangannya untuk menghadang lawan. Daya tahan tubuh semakin meningkat karena kebiasaan berolah raga dan bergerak aktif saat bermain. Kecepatandan kelincahan semakin terasah karena harus lari cepat menerobas gawang dan menghindari lawan. Kelentukan semakin fleksibel karena sering melakukan gerakan gerakan manipulatif yang mengecoh lawan. Koordinasi mata dan otot semakin terampil karena melihat peluang dan strategi dalam bermain.keseimbangan semakin terjaga dengan tetap berada di atas garis ketika berjaga. Seperti yang diungkapkan oleh Soejono “tiap latihan yang mengikut sertakan sebagian besar otot terutama otot-otot panggul dan tungkai yang bersifat ritmik dan terus menerus akan memberikan efek latihan yang dikehendaki.








BAB III
Simpulan

            Perkembangan fisik mencakup perkembangan motorik kasar (otot besar) dan motorik halus (otot kecil). Yang dimaksud motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, yang lebih menggunakan otot-otot besar.
            Tujuan dari pengembangan motorik yaitu melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian. Dan untuk mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dengan menggunakan berbagai media menjadi suatu karya seni.
            Setiap perkembangan fisik motorik pada anak mempunyai karakterisitik yang berbeda-beda, sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya. Semakin bertambah usia anak maka keterampilan motoriknya pun semakin meningkat. Pada dasarnya anak suka sekali belajar, asalkan pembelajaran dilakukan dengan cara bermain yang menyenangkan
            Permainan tradisional galah sin merupakan permainan yang diwariskan secara turun temurun dilakukan oleh dua kelompok yakni sebagai penyerang dan penjaga dan merupakan permainan srategis. Setiap kelompok terdiri dari masing-masing tiga orang atau lebih. Permainan ini dapat melatih keterampilan motorik kasar terutama berlari, kelentukan, ketangkasan dan kecepatan.
            Permainan galah sin di Tk dapat disesuaikan dengan karakteristik anak, dikolaborasikan dengan berbagai kegiatan permainan yang menyenangkan dan berfariasi. Jika permainan tradisional galah asin dilakukan dengan teratur dan terus menenus secara berkesinambungan maka akan meningkatkan keterampilan motorik kasar anak, anak semakin lincah, gesit, berlari cepat tangkas dan kuat.



DAFTAR PUSTAKA

·         Admin. (2010). Perkembangan fisik anak usia dini. [Online].  Tersedia di: http// belajarpsikologi.com. http://paudanakceria.wordpress.com/2011/02/06/penerapan-sistem-“bermain-sambil-belajar-belajar-seraya-bermain”/
·         Administator. (2009). “Tahapan Perkembangan Motorik Anak”. [Online]. Tersedia: http://bidanku.com/index.php?/perkembangan-motorik-kasar-anak. [15 Juli 2012].
·         Asep, D.G. (2011). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini. Vol. 10, (2), 191-200.
·         Avin, F.H. (1999) Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. (1), 9-17.
·         Cahyono, Nuri. (2009).” Permainan tradisional Galah asin”. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/gwt/x?u=http://permata-nusantara.blogspot.com/2009_03_01_archive.html&ei=9ctKuIe8NYnYigf3oYHwAQ&wsc=hg&ct=np&whp=3123. [4 September 2012].
·         Devi, N.S. (2011).  Meningkatkan kemampuan gerak dasar dan kognitif anak melalui senam irama (penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung). (1), 46-52.
·         Desmita. (2007).  Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda.
·         Dwi, H. (2009). Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, Dan Moral/Karakter Anak. Vol.2, (1),41-56.
·         Ernawulan, S. (2003). Perkembangan Anak Usia Dini (0-8 tahun). Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi 2003,  Bandung.
·         Hurlock, E.B (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan  (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
·         Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah. (2009). Pelatihan Tenaga Pendidik PAUD Nonformal. Bandung: Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah
·         Mosvirohtadkiroatun. (2010). Cerdas melalui bermain (cara mengasah multiple intelegence pada anak AUD). Jakarta: Grasindo gramedia widia sarana indonesia.
·         Pamilu, Anik. (2007). Mengembangkan Kreatifitas dan kecerdasan anak. Jogjakarta: Crita media.
·         Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_050417_chapter2.pdf&q=upaya”meningkatkan+keterampilan+motorik+kasar+melalui+permainan+tradisional+bebentengan&sa=Xei=OVpHUIKcDI_qrQe7j4Fw&ved=0CCsQFjAJOAo.  [15 Juli 2012].

·         Sri, Widati. Dan Murtadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olah Raga Adaptif. Jakarta : DEPDIKNAS.
·         Satriawati, Lia. (2012). “Upaya Guru Meningkatkan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Bebentengan di Taman Kanak-Kanak Cempaka Putih Kecamatan Sumedang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Proposal penelitian PG-PAUD, Sumedang
·         Sumaryati, Imas. (2012). “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berlari Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Hadang Di KOBER Harapanulya Desa Tanjungmulya Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Proposal penelitian PG-PAUD, Sumedang.
·         Ulfiani, R. (2003). Karakteristik Anak Usia Dini. Makasar.
·         Wahyudin, U. dan Mubiar. (2010). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Falah Production.
·         Widarmi, D., Sriratna, G., dan Yulianti. (2008). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Edisi kesatu). Jakarta: universitas terbuka
·         Yusuf, S.LN. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

2 komentar: